Beberapa coretan saya kemarin adalah tentang takut.

Hari ini saya mendapatkan inspirasi dan ilham saat sedang main game 8 Ball Pool.

Ini adalah satu2nya game di HP saya saat ini. Mungkin sudah 3 tahun lebih saya memainkan game ini.

Sore ini sambil menunggu Qualifying MotoGP Assen 2023, saya main game dan ada terbersit niat saya untuk menghabiskan semua koin yang tersisa.

Caranya?

Saya bisa pilih bet yang lebih besar. Saya biasanya hanya pilih yang 50k dan 100k saja.

Nah, sore ini saya coba saja yang 500k. Alias 5-10 kali lipat.

Bukan kali pertama, dulu saya pernah juga menghabiskan koin dengan cara ini.

Nah, saya pilih deh bet 500k.

Lah kok, ternyata walaupun saya mengalami kekalahan beberapa kali, tapi juga menang beberapa kali.

Sampai akhirnya saldo koin saya balik seperti semula karena sempat naik, turun, naik lagi, turun lagi. Malah sedikit lebih besar dari sebelumnya sih. Masih untung 200k koin.

Tapi satu pelajaran yang saya dapat adalah ini;

Ketika kita berekspektasi yang terburuk, dalam hal ini niat saya memang ingin menghabiskan koin yang saat ini sekitar 4 jutaan, nah maka setiap saya kalah saya biasa saja bahkan itu sesuai dengan tujuan awal. 

Ketika menang ya sebenernya biasa saja, sedikit senang.

Nah, ini tentu bisa kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Yang sering bikin kita kecewa apa sih?

Ketika kita berekspektasi lalu yang datang tidak sesuai ekspektasi kita kan?

Makanya agar tidak kecewa, jangan berekspektasi atau berekspektasilah serendah mungkin.

Lebih baik lagi,

Expect the worst, but hope for the best, and then take whatever that comes.

Berharap yang terbaik itu berbeda dengan expect the best. Hope for the best itu adalah sebuah do’a, expect the worst itu adalah untuk persiapan mental kita, take what comes; kita tawakkal menerima semua yang terjadi.

Dengan rumus ini, harusnya kita bisa lebih berani untuk melakukan apapun karena tidak ada ekspektasi apapun. Kalah ya tidak apa-apa, dibully ya memang sudah saya rencanakan begitu.

Dulu ada orang yang bikin eksperimen untuk Get Rejected for 100 days. Lebih tepatnya; 100 Days of Rejection Therapy.

Dia minta bantuan, minta sesuatu, hal-hal yang kemungkinan ditolaknya besar. Tapi ternyata banyak juga yang lalu tidak menolak dan memberikan apa yang dia minta.

Yang saya ingat, dia pernah minta numpang main bola di halaman rumah orang lain. Bagi yang paham gimana orang-orang Amerika, permintaan seperti itu udah ketebak hasilnya, pasti ditolak. Tapi ternyata dibolehin ama yang punya rumah.

Dia juga pernah minta request ke pelayan makanan cepat saji, sesuatu yang sulit dibuat, ternyata pelayannya mau bantu.

Jadi, kalau misal dia gagal ditolak, maka dia harus melakukan hal lain sampai ditolak. Setiap hari harus merasakan ditolak.

Pelajari jurnal dia di sini : https://www.rejectiontherapy.com/100-days-of-rejection-therapy

Tujuan dia adalah agar mentalnya terlatih untuk menerima penolakan, sehingga ke depannya dia tidak rentan dari kekecewaan. Menjadi Fearless, gak takut ditolak lagi, udah biasa.

Saya berencana ke depan; ketika ingin melakuan sesuatu, maka saya niatkan memang harus gagal. Dengan gagal maka saya akan mendapatkan pengalaman dan pelajaran. Dengan gagal, saya juga meningkatkan persentase saya untuk sukses. Karena sukses itu butuh kegagalan berkali-kali. Kalau jarang gagal, maka kemungkinan besarnya; dia juga belum sukses.

Masih ingat tokoh-tokoh terkenal yang gagal berkali2?

Baca saja biografinya J.K. Rowling, sang penulis novel series Harry Potter, lalu ada Oprah Winfrey, juga tentu saja tokoh science seperti Albert Einstein, dll. Kalian bisa baca di sini : https://www.wanderlustworker.com/48-famous-failures-who-will-inspire-you-to-achieve/

Kita perlu menawarkan 100x untuk bisa dapet penjualan 1x, menawarkan 1000x untuk bisa menjual 10x, dst. Ini tentu hanya perumpamaan. Tapi ya begitulah adanya.. Sales perlu ditolak berkali2 untuk bisa menghasilkan 1 penjualan.

Intinya, kita harus gagal.

Dari 100 video youtube, mungkin yang sukses hanya 1 video, atau 3 saja. Dari 1000 artikel, mungkin hanya 10 artikel saja yang banyak pembacanya.

Ada juga prinsip Paretto yang sebenernya ada perdebatan di situ. Sebagian menyimpulkan bahwa kita perlu fokus ke 20% agar hasil maksimal. Sebagian menyimpulkan bahwa 80% hasil itu berasal dari 20% proses. Menurut saya dua2nya benar karena dari pengalaman saya juga seperti itu. Penghasilan besar itu ternyata datang dari sebagian kecil kerjaan kita.

Dari 100 video di 1 channel saya, yang menghasilkan besar itu hanya dari 5 video. Lainnya ya receh banget. Gak sampai 20% malah ya. Gak sampai 20 video yang menghasilkan besar, paling 10 saja.

Expect The Worst to Overcome Fears

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

[+] Kaskus Emoticons