Sometimes, it’s just better in English.
Pihak yang sering menyindir kaum yang suka mencampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris mungkin tujuannya baik, tapi sorry, I will keep nyampur it.
Karena terkadang memang lebih enak dikatakan dalam bahasa Inggris. Contohnya Menunda vs Procrastinate atau Procrastination vs Penundaan.
Ya apa ya kan “Penundaan.”
Maknanya bisa beda-beda juga itu. Tapi kalau Procrastination, ya udah pasti bakal bahas hal itu tok.
Saya yakin, banyak orang yang seperti saya, menggabungkan dua bahasa karena tujuannya itu, lebih gampang aja menyampaikan maksud.
Bagaimana dengan yang tidak paham bahasa Inggris? Ya maka jadikan saja istilah dalam bahasa Inggris sebagai bahan untuk belajar. Intip artinya, lalu lumayan kan nambah 1 vocabulary alias kosakata.
“ah, itumah dasar kemampuan kosakata bahasa Indonesia kalian rendah!” Begitu kata mereka.. Ya mungkin bener… makanya cari gampang, campurin bahasa lain. Sama aja seperti orang2 yang suka mencampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa, Sunda, dan bahasa daerah lainnya.
……………………
Oke, kita bahas soal menunda…
Saya adalah seorang penunda..
Semuanya gua tunda.
Alasannya entah apa..
Mungkin gua takut, mungkin gua malas, mungkin gua overwhelmed.
Satu hal yang pasti, penundaan selalu berakhir pada penyesalan.
Ada satu teori Stoic yang kira-kira begini; Kita bakal nyesel kalau yang kita lakukan itu belum 100%, belum yang terbaik yang bisa kita berikan. Bukan soal hasil, tapi proses.
Kita gak akan nyesel walau dapet nilai 50 padahal kita udah belajar dengan rajin dan serius.
Kita akan nyesel cuma dapet 60 kalau kita ternyata cuma belajar di malam harinya. Kenapa gak dari dua hari sebelumnya, mungkin bisa 80, bahkan 95.
Kita gak nyesel kalau kita mengumpulkan tugas mepet deadline kalau kita emang udah sejak jauh hari mengerjakan dengan sungguh2. Maka kita sudah melakukan semaksimal mungkin.
Tapi kita akan nyesel kalau kita mati2an ngejar deadline karena kita nunda 6 hari gak segera mengerjakannya. Baru ngerjain beberapa jam sebelum batas pengumpulan tugas. Kita nyesel, duh kenapa gak dari kemaren, padahal gak susah.
Oke, bisa diperdebatkan karena sebagian dari kita menganut paham “the power of kepepet.”
Tapi kalian harus setuju bahwa gua yang juga penganut itupun sering nyesel kok “kenapa gak ngerjain dari kemaren2.”
Itu baru satu kerugian, yaitu penyesalan.
Ada lagi nih…
Masih dari teori Stoic (yang sebenernya gak eksklusif) tentang energi yang terbuang saat menunda.
Pasti kalian sering kan, saat menunda, itu pikiran kita gak bener2 terlepas dari yang seharusnya kita lakukan.
Misal, kita udah tau nih bahwa kita harusnya melakukan ini dan itu. Eh, kita milih menunda dan lalu melakukan hal lain, misal dengerin musik, nonton film, ngaku!!! Kalian gak pernah terlepas 100% dari pikiran pada tugas yang seharusnya dilakuin kan??
Energi kita terbuang double, mikirin tugas, lalu nanti ngerjain tugas kalau udah mepet deadline.
Kita keluar dua energi di waktu yang berbeda. Padahal kita bisa menghemat dengan cara, ketika kita mikirin tugas, yaudah dikerjain aja segera, nanti kalau udah selesai, kita gak punya lagi beban pikiran itu.
Menunda pekerjaan itu tidak lantas menghilangkannya dari pikiran kita. Kepala kita tetep stres mikirin tugas, tapi stres tersebut akan semakin lama karena kita menunda, nanti ketika kita putuskan mengerjakan, maka kita keluar lagi energi banyak buat handle beban. Dua kali kan keluarnya?
Makanya harus ditanamkan banget bahwa lebih baik melakukan segera sehingga menghemat pikiran, energi, dan waktu, daripada menundanya yang akan semakin menguras segalanya.
BIJAKLAH dalam membuat keputusan tentang apa yang akan kita lakukan.
Kalau kita takut, maka atasi rasa takut itu sebisa kita…
Kalau kita menyukai sesuatu yang tidak positif, maka berusahalah kurangi…
Lalu apalagi kerugiannya…
Bentar mikir dulu..
Ya banyak sih ya, terutama sih waktu yang terbuang banyak banget. Kita gak bisa mencapai yang kita inginkan dan impikan. Target kita gagal semua.
Kita buang banyak waktu, energi, resources, akibat kita gak bisa handle emosi kita.
Yes, katanya sih alasan kita menunda itu seringnya akibat emosi.
Kita sering takut memulai, kita takut menghadapi tanggung jawab, kita takut akan tidak nyaman, kita takut pada respon orang lain, dsb.
Maka logika kita harus bisa berperan lebih agar seimbang.
Takut itu wajar, tapi kalau yang ditakuti itu tidak wajar maka ya janganlah terlalu takut. Lakukan saja…
Just do it!