Kalender Kehidupan – Berapa Kotak Umur Kita Hidup?
Saya mengenal “Life Calendar” ini ketika sedang ngepoin teori procrastination by Tim Urban beberapa jam lalu. Tidak tahu siapa yang membuat dan menemukan pertama kali model kalender ini, yang jelas ternyata sangat membantu saya untuk menyadari tahapan kehidupan yang sudah dan akan saya lalui.
Menurut Tim Urban, kita mestinya sadar bahwa hidup kita di dunia ini tidaklah lama, lihat saja box pada kalender kehidupan di bawah ini, tidak banyak jumlahnya, kata dia. (Dia nunjukin usia 90 tahun sih, tapi rata-rata umur orang Indonesia kan di 60an tahun)
Makanya jangan lagi menunda-nunda melakukan hal penting yang seharusnya segera dilakukan.
Nah, agak berbeda dalam melihatnya, saya justru merasa lebih bersyukur karena ternyata lebih dari setengah usia yang sudah saya lalui itu bisa dibilang fine-fine aja, alias saya alhamdulillah puas dan tidak ada penyesalan.
Baru merasa mulai bermasalah itu di usia setelah masa kuliah. Sebabnya tentu ada dan saya tau betul apa, tapi mungkin tidak akan kita bahas di sini.
Yang lebih membuat saya susah hidup adalah karena saya berpikir bahwa selama ini hidup saya rusak, padahal waktu itu baru 3 tahun saja saya bermasalah.
Lanjut, hingga 10 tahun ternyata hidup saya masih dihinggapi banyak masalah yang setengahnya merupakan akibat dari kesalahan saya sendiri. Membuat keputusan yang tidak berdasarkan logika dan lebih ke emosi, sehingga hasilnya juga gak jelas.
Nah, anggaplah saya hidup hingga usia 60 tahun, ANGGAP saja ya, karena kalau umur tentu gak ada yang tau. Mungkin besok saya mati, atau beberapa jam bahkan menit lagi usia saya hidup akan selesai di dunia ini.
Tapi gak ada salahnya untuk membuat rencana ke depan agar hidup kita lebih baik.
Maka saya punya 20 tahun untuk (InsyaAllah) hidup dalam kemakmuran, lalu menghabiskan waktu tua menunggu ajal menjemput.
Kok yakin banget bwang?
Iya, entah kenapa saya yakin banget, atau mungkin lebih ke berhusnudzon aja..
Tau gak sih, 10 tahun yang lalu di sebuah kamar kost yang pengap, saya duduk menatap tembok lalu terlintas di kepala sebuah perasaan takut tapi sedikit yakin “bagaimana jika 10 tahun lagi ternyata hidup saya masih gini2 aja, masih susah, masih belum mencapai impian?!”
Ternyata memang iya…
Tapi kalau diingat-ingat lagi, sebenarnya saya mendapatkan banyak sekali pengalaman yang mungkin sedikit aneh tapi saya sangat menikmatinya…
Saya belajar banyak hal di berbagai bidang, yang mungkin tidak akan saya dapatkan andai saya tidak mengalami masalah-masalah yang lalu.
Jadi, kita memang harus belajar dan menerima takdir yang sudah terjadi. Jangan disesali tapi jadikanlah pelajaran.
Apa kesalahan yang sudah dilakukan, maka jangan ulangi kesalahan yang sama. Kita tau apa saja kekurangan kita, maka carilah penambal kekurangan-kekurangan tsb.
Di 2025 ini, saya punya resolusi untuk belajar agar selalu positif dalam menjalani hidup dan menghadapi berbagai masalah atau kejadian apapun.
Karena kadang kita tidak bisa mengontrol apa yang terjadi di sekitar kita, hanya respon dan reaksi kita saja yang bisa kita kontrol. Sangat rugi kalau kita tidak bisa mengambil hikmah dari semua kejadian. See you!