Don’t Waste time on a FICTION!

Sebagai INTP/INFP (Dua kali tes dapat dua hasil berbeda), saya suka sekali dengan imajinasi.

Makanya orang2 dengan MBTI ini rata-rata suka menghayal, daydreaming, masuk ke dunianya sendiri.

Mereka juga suka sekali dengan film-film imajinasi tinggi, atau film2 yang bikin psikologi mereka bergejolak.

Tapi dari sebuah video nasehat, saya baru sadar bahwa selama ini saya membuang banyak waktu untuk hal-hal yang bersifat FIKSI.

Saya terlalu larut dalam dunia hayal sehingga tak sadar dengan dunia sebenarnya.

Kadang saya sulit sekali untuk membedakan mana imajinasi dan mana yang nyata.

Saya yakin kalian IN** bisa relate.

Di satu sisi, cara hidup seperti ini memang indah..

Tapi ketika lalu menghadapi dunia nyata yang terlalu jauh dari imajinasi ideal, banyak yang akhirnya masuk ke kondisi depresi.

Lalu untuk escape dari depresi, saya seringnya akan masuk lagi ke dunia imajinasi, lalu keluar dengan kondisi makin depresi :D

Lalu berulang terus seperti itu..

Kadang saya berpikir; tidak apalah jika dunia saya penuh hayalan, toh itu bisa membuat saya bertahan di dunia ini.

Tapi masalahnya itu tadi, sering tidak bisa membedakan mana imajinasi, mana kehidupan nyata.

Lalu harus menghadapi segala judgement dari orang-orang sekitar yang tidak bisa memahami sama sekali bagaimana otak kami bekerja.

Katanya golongan kami ini langka dibanding MBTI lainnya. Katanya golongan kami ini gak berguna untuk society.

Ah, tapi mereka gak tau bahwa ketidakjelasan kami itu kadang di dalamnya sangat membahagiakan.

Ada yang benci nostalgia, oh saya sangat menikmatinya.

Ada yang benci kehidupan yang seperti diam stagnan tak bergerak; ah saya suka itu…

Kadang saya sadar kok, bahwa saya juga tidak tau, untuk apa golongan orang-orang macam kami ini…

Mungkin sebagai pengingat bahwa hidup ini kadang sudah sebegitu indahnya tanpa harus tergesa-gesa lari pada tujuan.

Loh, kenapa melenceng dari judul dan tujuan postingan ini?

Mungkin karena ketika menulis judul saya ingin berubah, lalu perlahan saya menyadari bahwa hidup saya sebenarnya indah; cuma sulit diterima orang lain aja cara hidupnya, yang akhirnya lalu merasa ditolak dan lalu depresi sendiri.

Meskipun berubah menjadi goal oriented itu bagus juga, tapi saya juga akan bersyukur dengan personality yang sudah Sang Pencipta berikan…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

[+] Kaskus Emoticons