6 Cara untuk Mengatasi Sifat Materialistik

Materialisme itu tidak melulunya buruk. Kadang kita butuh motivasi dari hal yang bersifat materi. Dengan adanya keinginan untuk memiliki sesuatu misalnya, maka kita bisa lebih tergerak untuk mencari uang agar bisa membelinya.

Tapi, tentu ada sisi buruknya.

Seseorang yang dikatakan materialistik, menurut saya, adalah orang yang sudah menempatkan materi di atas hal-hal lainnya seperti hubungan keluarga, pertemanan, agama, etika, dsb.

Sedangkan sebaliknya, orang yang tidak ada keinginan sama sekali pada materi juga bisa berdampak buruk bagi kondisi ekonominya.

Makanya, kita harus SEIMBANG.

Mencari uang untuk memiliki barang yang berkualitas itu tidak buruk, boleh-boleh saja kok bahkan dari kacamata Agama.

Asalkan jangan sampai menempatkan materi di atas segalanya. Itu yang salah.

Posisikan materi itu ya sewajarnya saja. Memang penting, tapi tidak sepenting itu.

Jangan sampai tidak punya, tapi jangan juga mendewakannya.

Faktor yang Mempengaruhi Materialisme

Sifat atau paham Materialisme biasanya dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya pengaruh sosial, keinginan membentuk identitas diri, pemenuhan kebutuhan emosional, norma budaya, dan faktor psikologis.

Lebih detail:

Seseorang bisa menjadi sangat menginginkan materi yang mewah karena faktor iklan yang muncul di TV, internet, majalah, atau billboard. Bisa juga seseorang ingin membangun identitas dirinya dengan faktor yang bersifat materi. Ada juga orang yang ingin merasa bahagia sehingga mencari kebahagiaan sesaat dengan belanja barang-barang yang dia inginkan. Bahkan sekarang di masyarakat kita, sering kali seseorang dikatakan sukses jika sudah memiliki rumah, mobil pribadi, ponsel flagship, dsb. Lalu faktor psikologis juga sangat mempengaruhi, misalnya kondisi seseorang yang kurang percaya diri, lalu dia akan menggunakan materi sebagai alat mekanisme mengatasi kekurangannya.

Jika anda merasa seorang yang materialistik, maka pahami dulu apa penyebabnya, dengan begitu akan lebih mudah untuk mengurangi di waktu ke depan.

Dampak Negatif Materialistik

Sekali lagi saya katakan bahwa materialistik tidak selalunya selalu buruk jika kadarnya masih wajar. Tapi jika sudah mengorbankan hal-hal yang lebih penting seperti kondisi mental, hubungan, kondisi keuangan, dan peningkatan kualitas diri, maka jelas bahwa materialisme akan menjadi buruk untuk kita.

Dampak yang bisa dirasakan orang-orang yang materialistik antara lain; tidak pernah bisa merasa cukup dengan yang dimiliki, selalu menginginkan lebih dan lebih, yang tentu saja akan menjadikan dia tidak pernah puas dan sulit bahagia. Materialistik juga bisa berdampak serius pada kondisi keuangan; memaksa memiliki barang mewah padahal belum sanggup, lalu misalnya hutang atau menyicil, akhirnya bisa menjadi sering stres memikirkan cicilan dan bahkan bisa terlilit hutang.

Lalu dampak yang sangat penting adalah terhambatnya kita untuk mencapai pencapaian kualitas diri yang sesungguhnya. Kita terlalu fokus pada materi sehingga lupa untuk menikmati hidup, mencari pengalaman berharga, meningkatkan skill dan wawasan, dan lain-lain.

Cara untuk Mengurangi Materialistik

Lalu bagaimana cara agar kita tidak terlalu fokus pada materi?

Ada banyak hal yang sebenarnya lebih ABADI dibanding materi belaka. Punya HP baru; senangnya cuma berapa hari saja, tapi jika kita mendapatkan pengalaman menyenangkan, maka akan bertahan hingga bertahun-tahun lamanya, melekat di ingatan kita.

Berikut beberapa alternatif yang lebih baik selain mengejar MATERI:

1. Mengejar pengalaman! 

Kita bisa menggunakan waktu kita untuk mendapatkan pengalaman baru baik itu dari hobi, belajar skill baru, ataupun jalan-jalan ke tempat baru. Ada banyak hal yang bisa kita eksplor di dunia ini selain materi belaka.

2. Relationship

Salah satu kebahagiaan hidup yang tidak disadari banyak orang adalah ketika memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan teman. Ngumpul bareng teman, ngobrolin hal yang menarik, sambil santai menikmati kopi, itu lebih memuaskan dibanding materi. Tapi sayangnya, banyak orang lupa.

3. Personal Development!

Meningkatkan kualitas diri dengan melakukan aktivitas yang bisa membantu kita untuk terus bertumbuh, mendapatkan wawasan dan pengetahuan baru, mendapatkan badan yang lebih sehat dan fit dengan olahraga, dan apapun yang bisa berdampak positif bagi diri kita.

4. Kreativitas

Menghabiskan waktu untuk berkreasi juga bisa memberikan kepuasan yang lebih dibanding materi. Kita bisa melakukan hal kreatif sesuai minat kita, misalnya kesenian, memahat, musik, menulis, crafting, ada juga yang suka mengurus taman dan mendesain rumah.

5. Berkontribusi pada Sosial

Pernahkah kalian merasa bahagia setelah melakukan hal yang membantu orang lain? Saya sudah lama sadar bahwa banyak orang membantu orang lain itu demi mendapatkan rasa bahagia setelahnya.

Kita bisa volunteering untuk aktivitas charity, membantu orang yang membutuhkan bantuan, atau membantu komunitas di sekitar kita membangun sesuatu yang menjadi tujuannya.

6. Mindfullness dan Bersyukur!

Rasakan yang ada saat ini, nikmati dengan sungguh-sungguh tanpa memikirkan materi apa yang akan membuat kita senang di masa depan. Bersyukurlah dengan apa yang sudah kita miliki saat ini, gunakan dengan lebih maksimal. Banyak orang lain yang sangat berharap memiliki apa yang kita miliki saat ini.

Syukuri kehidupan ini tanpa memandang materi, karena keindahan hakiki itu biasanya yang tidak bisa dibeli.

Oke, bingung?

Banyak sekali aktivitas di atas yang MEMBUTUHKAN UANG! Bukankah itu juga materialistik?

Punya uang banyak itu belum tentu menjadikan dia materialistik.

Bahkan punya mobil bagus pun belum tentu bahwa dia seorang materialistik.

Kuncinya menurut saya ada di posisi “materi” dibanding aspek kehidupan lainnya. Ada di posisi paling atas atau di mana? Di situlah jawabannya.

Lebih lanjut, pembedanya juga bisa pada niat seseorang ketika menginginkan materi.

Ah, baiknya kita bahas di artikel selanjutnya ya…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

[+] Kaskus Emoticons