Yes makin ke sini nampaknya saya semakin muak dengan materialistis atau bisa kita artikan sebagai pandangan dan sikap yang memandang pencapaian dan kebahagiaan dari materi semata.
Saya pernah nanya ke Ustadz soal kenapa katanya penghuni Neraka itu lebih banyak wanita, atau ya kurang lebih begitu.
Saya kira karena wanita lebih banyak yang mempertontonkan aurat.
Ternyata bukan! Bahkan ternyata lebih simpel lagi..
Yaitu bahwa sebabnya adalah karena wanita banyak yang tidak mensyukuri rizki, lebih khusus dari suaminya.
Tapi Ustadz saya juga menyampaikan ketika saya tanya, bagaimana jika suami tidak bisa mencukupi kebutuhan istri, apakah berarti salah?
Ya kata Ustadz saya sih begitu.. Nafkah itu ya harus cukup. Tapi ini ketika kita melihat dari sisi kemanusiaan atau hukum pengadilan soal pernikahan.
Ketika kita bicara dari segi Agama, mungkin beda lagi tapi saya belum berani bahas sekarang.
Tapi kalau kita saksikan, banyak sekali perceraian yang terjadi karena faktor ekonomi, lalu istri menggugat.
Saya sebagai pria juga tidak mau tutup mata bahwa memang banyak suami yang tidak mau bertanggungjawab dengan berusaha sebaik-baiknya dalam memberikan nafkah.
Jadi, saya no comment ya buat kasus perceraian tersebut.
Namun yang ingin saya angkat hanyalah ambisi wanita pada materi dan harta.
Bukan mau menjelekkan, malah saya sekarang mikir bahwa wanita memang diciptakan dengan jiwa materialistis yang lebih tinggi dari pria.
Tapi itu ada hikmahnya yakni meningkatnya kemampuan untuk membiayai hidup anak lebih baik.
Meski begitu, tentu istri harus hati-hati ya dalam berpikir soal rejeki yang diberikan suami.
Bisa jadi pikiran itu adalah bentuk ketidaksyukuran istri terhadap rejeki dari Allah.
Menginginkan untuk hidup lebih baik dengan infrastruktur lebih layak itu katanya boleh banget. Malah dianjurkan pada beberapa konteks.
Tapi jangan sampai ada pikiran terbesit kecewa dengan rejeki itu.
Ya walaupun kecewa itu manusiawi juga karena kita emang suka berekspektasi.
Sekarang marak di sosmed terutama TikTok, janda-janda yang kadang mengungkit kekurangan mantan suami yang gak ngasih nafkah cukup.
Banyak juga mantan-mantan pacar yang ngungkit kekurangan mantan yang gak bikin berisi alias jarang beliin makan.
Kok ya duh.
Gak banget gitu loh.
Ya sekali lagi, walaupun ya saya maklum aja sih karena itu manusiawi.
Persoalan makanan mungkin masih agak gapapa ya. Belum materialistis lah..
Tapi banyak juga yang mendewakan iPhone, mobil, harta, duit..
Ck…
Ya itu semua bagus-bagus aja, tapi kalau sampai membuat kita mengukur sesuatu dan orang lain dari hartanya, itu kek udah parah banget gak sih.
Walaupun ya saya juga kadang melakukannya..
Harta itu bisa naikin derajat juga sih, tapi tentu tidak sepowerful ilmu.
Tapi orang berilmu yang tak berharta pun susah dihormati di zaman akhir ini.
Karena manusia emang sukanya gitu da, melihat dari covernya.
Jadi, tulisan ini sebenarnya nasihat saya untuk diri pribadi sih lebih fokusnya.
Saya tidak mau lagi menilai orang lain dari duitnya.
Saya juga gak mau cari uang banyak agar dihormati. Walaupun ya iya juga sih.
Tapi saya gak boleh lagi untuk mendewakan uang dan harta.
Uang dan harta memang penting. Tapi jangan sampai kita mengukur apa-apa hanya karena hartanya.
Ada hal yang jauh lebih penting dari harta. Ilmu, Akhlak, Syukur, Humanity, Sosial, mau bagaimanapun ya lebih indah dari harta.