Saya dan banyak orang lainnya terkadang merasa bahwa diri ini tidak berguna bagi masyarakat sekitar. Setidakbergunanya sehingga pantas menyandang gelar “Sampah Masyarakat.”

Kalau bagi saya, istilah sampah masyarakat itu adalah untuk orang-orang yang tidak berguna di lingkup komunitasnya, bahkan bisa menyusahkan dan merugikan orang sekitar.

Sampah masyarakat itu kalau dalam bahasa inggrisnya; Scumbag.

Orang yang nyebelin bagi sekitarnya juga bisa mendapat predikat Scumbag.

Orang yang tidak jujur, suka menipu, jahat, dan tidak menyenangkan itu masuk dalam kelompok Scumbag ini.

Sedangkan dalam kamus populer Indonesia, Sampah Masyarakat berarti sbb;

“Gelandangan (pengemis dsb); orang-orang yang dianggap tidak berguna bagi masyarakat; sampah masyarakat.”

Jujur saja secara personal saya tidak setuju bahwa gelandangan itu disebut sampah masyarakat.

sampah-masyarakat

Tapi kalau mereka (gelandangan) itu tidak memberikan manfaat bagi sekitarnya, maka ya mau tidak mau akhirnya masuk ke golongan Sampah Masyarakat.

Pengemis itu kadang membuat orang-orang disekitarnya menjadi kurang nyaman. Apalagi orang-orang yang melakukan tindakan memaksa dalam meminta atau bisa juga dengan ancaman, jelas saja menjadi layak dianggap sebagai sampah masyarakat.

Tapi bagaimana dengan PENGANGGURAN? Apakah pengangguran itu adalah sampah masyarakat?

Sebagian orang yang menganggap bahwa orang-orang yang sedang menganggur itu tidak berguna bagi masyarakat, maka orang tsb mungkin akan menyematkan label Sampah Masyarakat.

Tapi buat saya pribadi, tugas manusia itu tidak sesepele masalah uang.

Misalnya seorang pengangguran tadi masih rajin beribadah, masih suka mempelajari ilmu, masih suka membantu saudaranya, temannya, tetangganya, serta keluarganya, maka bagi saya mereka itu berguna, jadi tidak pantas disebut sebagai sampah masyarakat.

Berbeda soal dengan misalnya preman di desa yang suka malakin orang-orang, nah itu mungkin kita semua lebih setuju bahwa dia pantas dianggap sebagai sampah masyakarat. Bukan karena label sebagai preman, tapi karena menyusahkan dan membuat orang lainnya tidak nyaman.

Sama seperti sifat sampah, tidak menyenangkan kalau kita berada di dekatnya kan?!

Bagaimana dengan sampah yang bisa didaur ulang?

Bukankah itu berarti masih berguna?

Mungkin bisa kita katakan seperti ini;

Bahwa sering sekali manusia itu dianggap sampah masyakarat ketika dia belum menemukan jalan takdirnya, masih luntang-luntung ke sana ke mari hingga disebut sebagai orang yang tidak berguna. Namun bukan berarti bahwa seumur hidup dia akan tetap seperti itu.

Pada saatnya, ketika dia sudah menemukan “jalannya” maka dia bisa menjadi orang yang sangat berguna bagi masyarakat sekitarnya. Label sampah masyarakat mungkin masih melekat dalam sejarah namun sudah berubah menjadi produk daur ulang yang awesome.

Jujur saja, label Sampah Masyakarat ini adalah label yang sangat tidak pantas untuk kita sematkan ke manusia.

Tuhan menciptakan makhluk itu punya fungsi masing-masing. Hanya saja kadang kita yang tidak tau apa fungsinya, padahal ada.

Sehingga, tidak ada satupun manusia yang pantas disebut sebagai Sampah Masyarakat.

Tapi istilah ini mau tidak mau sudah ada di kehidupan kita, terutama dalam dunia jurnalistik dan mungkin di kepala-kepala orang yang merasa dirinya Sampah Masyarakat.

Sedangkan dalam dunia nyata, saya pribadi jarang sekali menemukan seseorang yang menyebut orang lainnya adalah sampah masyarakat.

Dari coretan ini, saya ingin mengajak kalian semua yang merasa bahwa diri kalian adalah sampah masyarakat, please Stop!

Jangan lagi anggap diri kalian sampah. Kita semua punya fungsinya masing-masing di dunia ini.

Jika saat ini kondisi kalian belum sesuai dengan ekspektasi pribadi dan sekitar, maka yang perlu kita lakukan hanya berusaha sedikit demi sedikit untuk merubah kondisi kita menjadi lebih baik secara konsisten.

Bergeraklah! Jangan putus asa dalam usaha menemukan “jalan” itu.

 

Ketika Anggap Diri adalah Sampah Masyarakat
Tagged on:     

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *