Dibanding orang-orang yang ekstrovert, jelas sekali saya jarang berbicara dengan orang. Jikalaupun cerita atau ngobrol, itu hanya dengan orang-orang yang sangat dekat, atau dengan orang yang gak dikenal sama sekali.

Tapi dibanding berbicara atau cerita pada orang-orang dekat, saya jauh lebih sering memilih untuk bercerita di blog.

Kenapa tidak di media sosial seperti facebook dan twitter atau lainnya?

Karena saya merasa ada di rumah itu kalau posting di blog.

Nomor duanya adalah YouTube. Yes, saya menggunakan YouTube itu lebih personal dibanding Facebook bahkan Twitter.

Facebook buat saya sekarang adalah ladang marketing usaha dan bisnis, twitter untuk saya coba peduli dan haring sudut pandang, instagram untuk branding, tiktok untuk alay, sedangkan blog dan youtube justru lebih personal. Ini buat saya personal ya, bukan secara umum..

Namun saya terkadang masih cerita ke orang dekat.. Tapi kemudian TIDAK LAGI.

Kenapa?

Mungkin karena saya lelah berdebat, lelah disalahkan, lelah diremehkan, lelah dijawab sebelum didengar sepenuhnya apa yang akan saya katakan, dan lelah dihakimi tanpa mereka tau apa yang sebenarnya terjadi.

Dan satu lelah lagi adalah lelah menerima fakta bahwa pemikiran orang itu kadang sungguh sangat berbeda.

Jadi, alih-alih memaksakan ngobrol yang bikin emosi, mending DIAM aja udahlah.

Saya itu kalau menurut MBTI adalah seorang INTP, memang suka diskusi. Tidak lantas yang saya bela ketika diskusi itu benar-benar saya bela di dalam hati, kadang hanya ingin diskusi saja.

Saya suka ilmu pengetahuan yang seringnya abstrak. Tapi saya juga suka fakta-fakta dunia yang sungguh mengagumkan..

Dan memiliki kecenderungan itu sering bikin saya menjadi tidak cocok dengan orang-orang yang sebaliknya, tidak suka berdiskusi wawasan, misalnya.

Saya suka eksplorasi ide-ide dan pemikiran… Tapi kadang disangka orang yang mendengar saya itu meyakini saya seperti itu. Lalu mereka akhirnya menjadi mudah judging

Ah, melelahkan…

Jadi saya akhirnya belajar untuk menahan diri untuk berbicara. Gak usah banyak bicara lah… Gak ada gunanya, seriously.

Bicara dengan orang yang tidak sefrekuensi itu melelahkan, cuma bikin cape doang.

Dan jumlah orang yang sefrekuensi dengan saya mungkin hanya hitungan jari.. Entahlah..

Saya sering merasa cocok ngobrol dengan beberapa orang tapi ketika ada satu dua hal yang mereka misalnya membantah tanpa mau menerima pemikiran yang saya punya, seringnya bikin males pada akhirnya.

Pemikiran saya itu bukan berasal dari saya pribadi, seringnya dari orang yang jauh, JAUH lebih berwawasan, berpengatahuan, dan lebih bijak dari saya.

Jadi ketika saya bicara pemikiran tersebut lalu dibantah dengan pemikiran mereka sendiri, ya kesel aja.

Ibaratnya, saya ngasih quote bagus dari seorang tokoh hebat, lalu dibantah dengan pemikiran sendiri.

Walaupun sebenarnya saya juga paham bahwa mereka juga bicara berdasar pada pemikiran dari apa yang selama ini mereka dapatkan dari orang lain.

Ya, mungkin saya terlalu merasa bahwa saya lebih benar, karena hormat saya terlalu tinggi pada yang memberi saya pengetahuan tersebut.

So, yeah it’s my mistake.

Saya pribadi cenderung sangat mudah menerima perbedaan sudut pandang. Saya akan mudah menempatkan diri saya di sepatu orang lain ketika mereka melakukan hal-hal tertentu.

Jadi, ketika mereka dengan kokohnya berdiri di sepatu mereka sendiri, ya itu melelahkan…

Tapi saya mengerti kenapa mereka seperti itu…

Mereka lelah dengan omongan saya… Mereka ingin yang biasa-biasa aja, yang normal-normal aja… Mereka gak mau mendengar kegilaan saya.

PADAHAL, segila itu juga aslinya cuma secuil dari saya yang sebenarnya, karena saya sudah mati-matian nahan diri untuk tidak bicara.. Bagaimana jika saya memutuskan untuk blak-blakan :ngakak

Karena itu, saya memutuskan untuk diam. Saya gak perlu bicara lagi…

Saya gak perlu sharing apa yang saya tau, keep it to myself aja…

Toh tidak semua orang itu “gila” seperti saya.

 

Kenapa Saya Akhirnya Memutuskan untuk DIAM
Tagged on:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

[+] Kaskus Emoticons